MENGAPA MAGANG? MENGAPA MEMILIH MORIS DIAK?
Terus terang, saya cukup terkejut
ketika menerima direct message di akun instagram @morisdiak dari salah seorang
teman mahasiswa yang ingin mengajukan diri untuk magang di morisdiak. Dalam
hati saya sempat berkata, ga salah nih?
Kami memang sempat bertemu beberapa kali untuk keperluan pengambilan data untuk
tugas kuliahnya di jurusan komunikasi Universitas Mercu Buana. Saat itu ada 5
kelompok, masing-masing terdiri dari 3-6 mahasiswa, yang datang mengunjungi
morisdiak dan mengorek informasi untuk dievaluasi sesuai tugas mereka mengenai
brand positioning dan marketing communication. Presentasi hasil observasi dan
evaluasi mereka pun sudah dilakukan tanggal 13 januari 2017. Lalu Oktober 2017,
salah satu dari mereka muncul menawarkan diri untuk magang di morisdiak (meski pertemuan pertama untuk KKL ini baru dilakukan Februari 2018). Oke,
mungkin dia hanya bercanda...
Kenapa saya mengatakan hal itu? Untuk
saya ini hal yang cukup jarang dan aneh bagi anak muda millenial “zaman now”
tiba-tiba mendapat ide untuk magang di suatu tempat yang kering tandus dan pada
sebuah usaha yang sedang tertatih-tatih pula. Sementara hal yang sering saya
temukan adalah jangankan untuk magang, untuk bekerja pun kebanyakan dari mereka
akan memilih tempat yang “baik” dengan sistem yang mapan, fasilitas yang nyaman
dan renumerasi yang jelas. Ini yang kemudian menjadi pertanyaan pertama yang ingin
saya sampaikan ketika bertemu dengan mereka. Lho, kok mereka? Yup, ternyata
yang “tersesat” mengajukan diri untuk magang di @morisdiak menjadi dua orang.
Nah...
Morisdiak sendiri memang sudah berproses sejak awal tahun 2014, jatuh bangun
berkali-kali dan meski tertatih-tatih memutuskan untuk terus hidup sesuai
namanya, Morisdiak, hidup yang baik. Saya sebagai owner masih merangkap CEO alias
chief everything officer, mulai dari menyiapkan konsep-produksi-pemasaran. Meski
untuk produksi saat ini saya sudah dibantu beberapa ibu yang lain, saya
menyadari bahwa saya butuh teamwork yang memiliki visi yang sama untuk membenahinya. Dan latar belakang akademis,
pengetahuan, pengalaman dan skill kedua teman mahasiswa ini sesuai dengan yang
saya perlukan saat ini untuk menata kembali perihal brand positioning dan juga sistem
online marketing yang selama ini masih dijalankan dengan cara konvensional.
Tapi tunggu dulu, saya tidak bisa serta merta menerima mereka berdua begitu
saja.
FadheilAl-Faraby Zain dan Azwar Ahmad, dua mahasiswa jurusan komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Dua sahabat yang berasal dari dua daerah yang berbeda. Fadheil berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat mengambil spesialisasi di bidang marketing communication. Sedangkan Azwar yang meski berasal dari Cikampek tapi memiliki darah Padang, Sumatera Barat, memilih untuk lebih fokus ke content management (audio visual). Saya harus akui mereka memiliki pandangan yang agak nyleneh mengenai magang.
FadheilAl-Faraby Zain dan Azwar Ahmad, dua mahasiswa jurusan komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Dua sahabat yang berasal dari dua daerah yang berbeda. Fadheil berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat mengambil spesialisasi di bidang marketing communication. Sedangkan Azwar yang meski berasal dari Cikampek tapi memiliki darah Padang, Sumatera Barat, memilih untuk lebih fokus ke content management (audio visual). Saya harus akui mereka memiliki pandangan yang agak nyleneh mengenai magang.
Oke, uneg-uneg
saya utarakan saat pertemuan pertama kami, mulai dari pertanyaan mengapa kalian
memutuskan untuk mengambil program KKL? Saya lebih surprise dengan jawabannya, karena
menurut mereka sebenarnya program KKL ini bukan mata kuliah wajib. Lalu kenapa
kalian harus merepotkan diri kalian sendiri dengan melakukannya? Kenapa juga
memilih Morisdiak sebagai tempat magang kalian, di saat kalian mempunyai
pilihan untuk melakukannya di well-established company dan dibayar pula? Saya
agak bawel soal ini karena saya tidak mau mereka mempunyai ekspektasi yang
keliru ketika magang di Morisdiak. Inti jawaban yang saya tangkap, mereka
perlu ruang untuk mengeksplorasi dan mewadahi ide dan kreatifitas mereka,
sesuatu yang menurut mereka agak sulit dilakukan di sebuah organisasi atau
company yang sudah memiliki sistem yang baku.
Ipey,
nama panggilan untuk Azwar, yang lebih aktif di gerakan mahasiswa, menyebutkan
bahwa keinginan untuk terlibat dalam suatu gerakan perubahan dan pemberdayaan
perempuan menjadi salah satu tujuan utama mengapa dia memilih morisdiak sebagai
tempat magangnya. Harapannya ia bisa menginspirasi rekan-rekannya yang lain
untuk memiliki inisiatif serupa dalam bidang-bidang yang lain sesuai dengan
minat mereka.
Lain
Azwar, lain pula Fadhil. Dari obrolan dengan teman-temannya, dia menangkap
anggapan bahwa KKL/magang adalah latihan untuk menghadapi realita hidup yaitu
memasuki dunia kerja/menjadi pekerja. Fadhil juga melihat bahwa realitanya selalu
ada dikotomi antara pilihan berkarya sosial atau berkarya untuk mengejar
profit/keuntungan material. Pengalaman pertamanya mengunjungi morisdiak
kemudian memberikan wawasan baru bahwa dua hal itu sebenarnya dapat dilakukan
secara terpadu, bekerja untuk orientasi profit/materi sekaligus memberikan
dampak sosial (non-material profit).
Fadhil
menambahkan bahwa ia mempelajari bahwa manusia mempunyai 5 tujuan hidup
(purpose of life), yaitu (1) siapa saya, (2) apa yang saya lakukan, (3) apakah
yang ingin kamu lakukan untuk orang lain, (4) bagaimana cara kamu melakukannya,
(5) apakah sudah mengevaluasi dampak dari tindakanmu terhadap orang lain
tersebut? Selama ini dia memahami bahwa dalam profit company seseorang dapat
melalukan tujuan 1 dan 2, tapi pada sebuah kewirausahaan sosial dia menemukan
bahwa ke 5 hal tersebut dapat dilakukan secara terintegrasi. Keingintahuannya
untuk mempelajari tentang bagaimana pengelolaan sebuah kewirausahaan sosial
inilah yang membuatnya tertarik untuk melakukan magang di morisdiak sehingga
nantinya dapat lebih termotivasi untuk mengimplementasikannya sesuai minat yang
dimiliki.
Bagi
Azwar, kesempatan magang di morisdiak memberikan ruang ekspresi yang lebih real
dan luas untuk menyalurkan pengetahuan, bakat dan keterampilannya di bidang
audio visual. Ia merasa bahwa morisdiak memberikan ruang eksplorasi informal,
tanpa harus merasa tersekat dalam sebuah sistem yang justru membatasi
kreatifitasnya. Azwar merasa bangga bisa ikut terlibat dalam kampanye yang
diusung oleh morisdiak, baik itu kampanye budaya melalui produk tenun maupun
mengenai pemberdayaan perempuan. Azwar
mengatakan bahwa ke depannya ia akan melakukan peningkatan kapasitas dirinya
agar dapat merintis sebuah kewirausahaan sosial di daerahnya sesuai dengan
minat yang ia miliki. Azwar memiliki mimpi untuk “pulang kampung” dan
mendirikan komunitas belajar bagi remaja dan anak muda agar mampu mengemas
pesan/creative content audio visual secara apik sekaligus bermanfaat.
Fadhil
mengatakan bahwa dari kegiatan magang dari morisdiak ini selain ia mendapatkan
ruang untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah ia pelajari di bangku
kuliah, ia juga mendapatkan pengetahuan baru bahwa ada suatu wadah yang dapat
mencakup sebuah aktivitas usaha untuk mendatangkan profit sekaligus dampak
sosial, yang dapat dilakukan secara terintegrasi/terpadu, seperti yang
dilakukan dalam morisdiak. Ke depannya, ia sedang berpikir untuk mendirikan
sebuah sosial enterpreneurship sebagai pilihannya dalam berkarya, meskipun saat
ini dia belum menemukan formula yang sesuai dengan minatnya. Tapi ada sebuah
mimpi yang sempat tercetus bersama teman-temannya, yaitu mendirikan sebuah
kampus ilmu komunikasi yang dapat menjadi ruang belajar bagi teman-teman muda
yang kreatif, dinamis serta kritis.
Diskusi
kami ini mungkin dapat menjadi dasar untuk langkah kami selanjutnya untuk
menjadikan morisdiak sebagai ruang belajar dan kolaborasi untuk dapat
mengimplementasikan value yang diusung oleh morisdiak sebagai suatu usaha yang
sekaligus memberikan dampak sosial pada sesama dan lingkungan. Hal ini
sekaligus menjadi dasar untuk saya pribadi ketika melakukan evaluasi progress
teman-teman sekaligus kami sebagai sebuah teamwork dalam morisdiak. Ke
depannya, saya berharap dapat bekerja sama dengan teman-teman mahasiswa lainnya
dari berbagai latar belakang keilmuan dan ketrampilan dalam mengembangkan usaha
morisdiak sembari terus menumbuhkan semangat untuk berwirausaha pada generasi
muda.
Comments
Post a comment